Cita-cita?
16 Januari 2009 22.41
Pernah ditanyain tentang cita-cita? Ato malah sering?
Gw sih kadang-kadang ditanyain seseorang tentang cita-cita setelah besar nanti—terutama pas masih kecil. Dan selalu gw jawab dengan jawaban yang simple. “Engga tau,” sambil geleng-geleng kepala. Kemudian, disaat bu guru ato pak guru menanyakan murid-muridnya. Siapa yang cita-citanya ingin menjadi dokter, guru, segala macem. Gw hanya memilih untuk diam, melihat anak-anak lain yang ngacung dengan semangat, dan kemudian mengalihkan perhatian pada guru yang menanyakan hal tadi. Bahkan sampe di biodata yang biasanya dikumpulin di
binder gw sampe ngga nulis cita-cita gw mau jadi apa.
Tragis, mungkin.
Tapi ini gw.
Seorang anak kecil yang sebenernya ga pengen punya cita-cita.
Gw pernah berpikir, “Ngapain sih kita harus punya cita-cita? Toh, setinggi apapun cita-cita kita, nasib kita udah diatur sama yang diatas. Kalopun gw punya cita-cita, apakah gw bisa mencapainya?” Dan—mungkin menurut kalian gw ini aneh—gw masih percaya itu sampe sekarang. Jadi intinya: punya cita-cita ato engga itu semuanya sama aja—itu menurut pendapat gw. Ada yang merasa keberatan dengan pemikiran gw? Tinggal komen ajah.
Yeah, inilah gw.
Seorang anak kecil yang ga punya cita-cita.
Your Profile
Your Description Here
Fadillah Oktoviani. Opi, nickname-nya di dunia nyata. Dhilla, nickname-nya di dunia maya. Cuma seorang gadis biasa yang menjalani hidup serba biasa.
Dipastikan hidupnya akan monoton kalau dirinya tidak bertemu dengan dunia maya, RPG, dan fangirling.
Cenderung pasif, kadang-kadang bisa jadi kerbau congek, (hampir) anti sosial di kehidupannya.
Memproklamirkan diri sebagai istri dari Kim Jongwoon—tidak peduli seberapa banyak perempuan di dunia yang berkata sama dengannya.
Juga menganggap dirinya sebagai kembaran dari Kim Taeyeon dan Park Sun Young. Yah, kalian cari tahu sendiri sana namestage mereka =))

Cita-cita?
16 Januari 2009 22.41
Pernah ditanyain tentang cita-cita? Ato malah sering?
Gw sih kadang-kadang ditanyain seseorang tentang cita-cita setelah besar nanti—terutama pas masih kecil. Dan selalu gw jawab dengan jawaban yang simple. “Engga tau,” sambil geleng-geleng kepala. Kemudian, disaat bu guru ato pak guru menanyakan murid-muridnya. Siapa yang cita-citanya ingin menjadi dokter, guru, segala macem. Gw hanya memilih untuk diam, melihat anak-anak lain yang ngacung dengan semangat, dan kemudian mengalihkan perhatian pada guru yang menanyakan hal tadi. Bahkan sampe di biodata yang biasanya dikumpulin di
binder gw sampe ngga nulis cita-cita gw mau jadi apa.
Tragis, mungkin.
Tapi ini gw.
Seorang anak kecil yang sebenernya ga pengen punya cita-cita.
Gw pernah berpikir, “Ngapain sih kita harus punya cita-cita? Toh, setinggi apapun cita-cita kita, nasib kita udah diatur sama yang diatas. Kalopun gw punya cita-cita, apakah gw bisa mencapainya?” Dan—mungkin menurut kalian gw ini aneh—gw masih percaya itu sampe sekarang. Jadi intinya: punya cita-cita ato engga itu semuanya sama aja—itu menurut pendapat gw. Ada yang merasa keberatan dengan pemikiran gw? Tinggal komen ajah.
Yeah, inilah gw.
Seorang anak kecil yang ga punya cita-cita.