He is so childish
09 Desember 2008 18.13
Plotnya Flave ama Nano. Agak aneh juga sih karena gw yang maenin dua chara ini. Masih ada lanjutannya sih, tungguin ajah. Sekarang, enjoy dulu yang baru gw post.
“Rambutmu bagus, Montez!”
“Hei, Montez. Baru baca majalah mana, eh? Kau kelihatan keren!”
“Kau begitu cantik, sayang..”What? Semua memperhatikan Flave akhir-akhir ini. Penampilan, kebiasaan, sampai pelajaran pun hampir semua orang yang dekat padanya tahu. Flave benar-benar seperti pusat perhatian. Kemarin, waktu pesta akhir tahun, senior Timlam dan senior Foxdough memberi komentar tentang penampilan baru yang menurut Mom sangat berantakan. Hey, Flave memang suka dengan penampilan seperti ini. Apa adanya. Bahkan Elel sampai mengecup keningnya untuk terakhir kali ketika Flave baru datang di Aula Besar. Yeah, meskipun Elel sudah bukan pacar ataupun tunangannya lagi, laki-laki rambut gimbal itu tetap memanggilnya sayang. Hmm.. Dasar orang aneh.
Eh? Ada surat dari Nano—lagi. Pasti isinya hanya ‘aku kangen padamu’ atau ‘kapan kita bertemu?’ Yeah, sejak Nano masuk Gryffindor, kini mereka berdua jarang bertemu lagi.
QUOTE |
Dear Varel,
Bisakah kita bertemu di Aula Depan? Kau kan sudah janji mau memanjakanku, ya kan? Sekaranglah waktunya!
Love, Nano |
Oh okay. Bahkan Flave sudah lupa kapan janji itu ia buat. Padahal Flave yakin kalau sebelumnya ia belum pernah bilang begitu pada Nano. Surat yang ia dapatkan dari seekor burung hantu berwarna coklat keemasan—bisa ditebak kalau Nano baru saja dari kandang burung hantu. Baiklah, jadi kemana kita akan pergi sekarang? Kabur? Mungkin. Tapi Mom bisa curiga kalau nanti Nano mengadu pada Mom kalau Flave sekarang begini begini dan begitu. Tahu sendiri kan kalau biasanya seorang ibu lebih memihak anak bungsu daripada kakak-kakaknya dan sementara si ayah sebaliknya?
Itu dia masalahnya.
Baiklah, Flave sudah disini. Di Aula Depan. Tempat ia waktu kelas satu dulu disuruh berbaris oleh Profesor McGonagall yang tegas, bijaksana, dan bla-bla-bla—untung kali ini ia tak mengambil pelajarannya. Nano juga mengalami hal yang sama dengannya beberapa waktu lalu. Tapi mungkin ia tidak setegang Flave atau bagaimana. Pokoknya yang jelas, saat nama Nano dipanggil, Nano langsung kelihatan grogi dan menggaruk bagian belakang kepalanya. Hahaha.. Betul-betul anak yang aneh. Well, untunglah sekarang hari libur. Dan masih musim panas. Lihat sendiri betapa teriknya matahari menyinari Hogwarts siang hari. Flave memakai cardigan hitam dan celana setengah lutut berwarna hitam. Ada yang meninggal? Hmm.. Yang ia lihat di Daily Prophet, Jaques Beau yang meninggal. Bukan bagian dari keluarganya, kan?
Bagaimana kalau disitu tercantum “Telah meninggal dunia: Flavarel Montez”?
Ada yang peduli?
Iya iya, Nano tahu kok kalau Nano iseng.
Keisengan pertama: menyuruh orang lain untuk menjahili Flave. Nano tahu kok siapa anak yang dibenci oleh Flave karena sering mengerjainya. Dia kan seniornya di Ravenclaw. Dia-yang-ogah-disebut-namanya itu mengetahui kalau Nano itu adiknya Flave dari si mantan tunangan Flave, Elel. Sesama anak jahil kan harus saling mengetahui biar bisa berbagi kejahilan. Kan tidak etis kalau anak jahil menjahili anak jahil? Ahaha. Tepatnya sih kemarin—si dia-yang-ogah-disebut-namanya itu memasang jebakan di ruang bawah tanah. Flave dengan sukses terjatuh karena kakinya tersangkut tali yang tidak terlihat diruangan gelap. Rencana A beres, dan sekarang ia mengerjakan rencana B.
Keisengan kedua: alias rencana B. Membuat Flave menunggu di Aula Depan. Tadi kan Nano sudah menulis surat yang dikirimkan oleh burung hantu punya dia-yang-ogah-disebut-namanya di kandang burung hantu. Nah sekarang dia sedang menunggu reaksi Flave ketika ia terlalu lama menunggu Nano. Nano sedang bersembunyi didekat Aula Besar. Sementara dia-yang-ogah-disebut-namanya itu mengintai apa yang dikerjakan Flave saat ia menunggu Nano di Aula Depan. Itulah balasan yang setimpal yang diberikan Nano. Habisnya setiap Nano tunggu didepan asrama Hufflepuff, Flave suka tidak muncul. Bahkan ia pernah sampai diusir seorang prefek karena berada diluar asrama melewati jam malam. Padahal cuma mau ketemu kakak doang tidak boleh. Huh, payah!
Keisengan ketiga: Setelah Flave merasa waktunya habis hanya untuk menunggu Nano, Nano harus datang dengan—berpura-pura sakit. Soalnya Nano tahu kalau Flave tidak akan tega melihat seseorang yang kesakitan. Terus mungkin setelah itu Flave langsung melihat Nano dengan iba. Lalu kemudian, saat Flave akan membawanya kembali ke asrama Gryffindor, saat itu pula ia membongkar kedoknya pada Flave. Hebat bukan rencana Nano? Habisnya kalau hanya ketemuan lalu mengobrol sedikit dan Flave langsung pergi, itu tidak asyik namanya. Kalau saat sedang menunggu Flave langsung berbalik menuju asramanya juga Nano yang rugi. Kalau memang semuanya akan terjadi seperti itu—
—Nano akan langsung mengirim surat pada Mom.
Baiklah, permainan dimulai!!
It isn't any trouble
Just to S-M-I-L-E
It isn't any trouble
Just to S-M-I-L-E
So smile when you're in trouble,
It will vanish like a bubble
If you'll only take the trouble
to smileLagu kesukaan Nano. Hmm.. Flave masih ingat ketika Nano baru lahir. Anno bahkan sempat kewalahan ketika Nano masih doyan
ngompol di celana. Sampai menjerit-jerit pula. Haha.. Yeah, untunglah Mom menyanyikan lagu itu dan Nano kembali tenang lalu langsung tidur nyenyak. Masa-masa kecil yang menyenangkan. Tapi sekarang? Semuanya begitu lain. Flave sudah kelihatan dewasa dan Nano baru saja memulai masa pubertasnya. Tak ada lagi jeritan ketika Nano masih berumur lima tahun saat Flave dengan iseng mencubit pipinya yang gembul. Tak ada lagi tawa khas yang keluar saat Flave menggelitiki Nano sebelum mereka masuk Hogwarts. Mungkinkah kali ini yang ada hanya kebersitegangan antara mereka berdua? Soalnya Nano tidak seasrama dengan Flave dan remaja perempuan itu kini telah menginjak kelas enam.
It isn't any trouble
Just to ha-ha-ha-ha laugh
It isn't any trouble
Just to ha-ha-ha-ha laugh
So laugh when you're in trouble,
It will vanish like a bubble
If you'll only take the trouble
to laughSelama ini Flave tidak punya waktu untuk menemani Nano hanya sekedar menidurinya di waktu siang atau bermain dipinggir danau atau main rumah pohon. Sadar diri, Flave. Tubuhmu sudah bongsor begitu masih suka bermain permainan anak kecil? Okay, itu kalau Flave. Kalau adik kecilnya itu? Anak sebelas tahun masih wajar bermain kue dari lumpur atau membuat istana pasir dipinggir pantai. Selama Flave tidak bisa menemuinya, Nano hanya bisa mengirim surat yang setiap hari isinya pasti sama dan dikirimkan oleh burung hantu yang sama. Yang dia tahu, anak itu sedikit ogah memiliki burung hantu. Ribet, katanya. Kalau kucing, dia alergi bulunya. Kalau kecebong—seperti Baned Hufflepuff—rada-rada.. Yaa, aneh juga.
It isn't any trouble
Just to G-R-I-N, grin
It isn't any trouble
Just to G-R-I-N, grin
So grin when you're in trouble
It will vanish like a bubble
If you'll only take the trouble
to grinFlave pun berbalik menuju asramanya. Sudah terlalu lama ia menunggu Nano disini. Tapi, kalau Nano masih ada di kandang burung hantu, pasti dia akan ngambek. Ya sudahlah.. Menunggu lagi.
OoC: Credit song S-M-I-L-E
lagunya anak-anak
Rencana Nano hampir sepenuhnya berhasil.
Tahu tidak kalau tadi dia-yang-ogah-disebut-namanya menghampirinya kalau tadi Flave mau pergi menuju asrama? Cuma dia langsung menunggu lagi. Hmm—perlu ada perubahan rencana. Oh ya, begini saja. Nano langsung saja bertemu dengan Flave. Takut nanti kalau Flave langsung ngamuk begitu nanti bertemu dengannya suatu saat. Malah kalau nanti Flave malah menggigiti lengannya seperti seorang vampir berambut putih yang hampir berhasil membuat seorang wanita biasa mati karena gigitannya di sebuah studio balet cuma bedanya kalau ini dilakukan oleh seorang perempuan terhadap anak lelaki. Yah, mirip sedikit lah. Yang menjadi perbedaannya adalah, Flave bukan vampire! Hanya gadis remaja biasa tanpa suatu kekuatan spesial seperti si wanita berambut merah yang Nano sebutkan tadi.
“Fufu.. Kerja bagus, senior. Terima kasih banget!” serunya sambil menonjok pelan lengan atas si dia-yang-ogah-disebut-namanya itu. Biasa lah, salam perpisahannya anak-anak jahil macam Nano kan harus berkelas tapi simpel gitu. Kalau sampai bersorak ala cheerleaders—ia jadi ingat cerita Flave saat kelas tiga tentang keterlibatannya pada tim cheerleaders Hufflepuff. Wow, desain bajunya sih juga keren. Tapi ah, Nano tidak suka dengan hal-hal yang terbilang ‘cewek banget’ itu. Suara cempreng, goyangan maut, rok pendek, dan rambut dikuncir dua merupakan hal-hal yang paling tidak Nano suka dari seorang anak perempuan. Ih dasar Nano. Belum juga jadi anak besar, sudah suka dengan anak perempuan. Biar saja. Wajar kan, daripada laki-laki suka dengan sesama jenis. Yucks!!
Ia pun membawa kotak kecil yang tersimpan disaku celananya. Isinya ya rahasia. Untuk Flave sih. Kemudian ia pun berjalan dengan sangat pelan menghampiri Flave. Untungnya langkah kakinya tidak terlalu terdengar. Ya iyalah, Nano kan berjalan jinjit. Kemudian hembusan angin datang menerpanya. Untung tidak membuat Flave melihat kebelakang. Kemudian—satu, dua, tiga!
“SURPRISE!!”
Jangan berjalan, Waktu, Ada “Selamat Ulang Tahun”
Yang harus tiba pada waktunya
Semoga dia masih ada, MenantikuOoC: Credit song Selamat Ulang Tahun—Dewi ‘Dee’ Lestari
Kau selalu meminta terus kutemani—Nano adalah anak bungsu. Dan kau tahu kan sifat anak bungsu? Manja. Dan kepada siapa anak bungsu selalu menunjukkan sifatnya itu? Orang terdekatnya. Pertanyaan terakhir, siapa orang yang paling dekat dengan Nano? Jawabannya, Flave. Entah kenapa ia merasa ikatan batinnya lebih kuat mengikat pada Nano daripada ikatan batinnya kepada saudara kembarnya sendiri. Aneh bukan? Apa karena waktu dulu Flave selalu merengek pada ibunya minta diberikan seorang adik? Jelas tidak ada teori yang seperti itu. Iya kan? Yeah, mungkin karena Vena lebih dekat dengan Anno sementara Flave dengan Nano. Orang gila macam apa yang dapat membuat teori sebodoh itu? Tak ada faktor yang dapat menjelaskan mengapa ikatan batinnya lebih mengikat kepada adiknya daripada saudara kembarnya sendiri.
—Dan kau s’lalu bercanda, andai wajahku diganti—Flave kini sudah dewasa. Ia tidak perlu lagi menyesuaikan dengan Mom untuk urusan penampilan. Flave berusaha untuk menjadi dirinya sendiri. Mungkin karena itulah ia nekat memanjangkan rambutnya dan memotongnya sebagian untuk dijadikan poni. Lihatlah sekarang. Kelihatan berantakan, yah? Bahkan Nano dengan secara terang-terangan menyebut Flave seperti pemulung—walaupun akhirnya ia mengakui kalau dia hanya bercanda. Memangnya mirip ya? Faktor kedua sebenarnya karena saking stressnya dengan Elel yang terus-terusan mengkritik penampilannya yang katanya super duper culun itu. Yeah, semakin lama, penampilan Flave semakin memburuk—kata Elel. Sebenarnya, perlukah majalah-majalah yang tak jelas isinya mempengaruhi penampilannya? T-I-D-A-K.
—Melarangku pergi karena tak sanggup sendiri.
Kau tahu apa yang dikatakan Nano saat Flave meninggalkannya sendirian ditengah kerumunan para penyihir di jalana Diagon Alley? ”Jangan pergi dong. Masa aku ditinggal disini sendirian—Argh!” Seolah-olah Nano adalah anak yang menderita kelainan fisik alias cacat pada salah satu bagian tubuh. Sebetulnya Flave tak dapat membayangkan kalau Nano ditinggal sendirian begitu saja seperti anak lainnya. Ia takut kalau akan terjadi apa-apa terhadap Nano. Dan tahukah kau kalau pada saat meninggalkan Nano, Flave langsung terisak? Ia terpaksa melakukan ini. Untuk kebaikan Nano dimasa yang akan datang. Ia tak mau kalau Nano terus bergantung padanya. Untunglah ia masuk Gryffindor.
“SURPRISE!!”
Flave langsung mengelus dadanya ketika Nano mengagetkannya secara tiba-tiba dengan mengguncang bahunya. Wow, untuk pertama kalinya ia menunjukkan kejahilannya dihadapan Flave. Sebelumnya Nano hanya bercerita sedikit tentang teman-temannya yang berhasil ia kerjai. Diantaranya: ada yang disuruh membuka kado, melemparkan kulit pisan, dan segala macam yang tak pernah ia tunjukkan sebelumnya pada Flave. Jadi hanya segini tingkat kejahilannya? Rambutnya dijambak pelan oleh anak laki-laki yang tingginya hampir serupa dengan Chiaki—pasangan pesta dansa saat Winter Ball. Haha.. Tak menyangka kalau tinggi tubuhnya hampir menyerupai anak China itu. Bedanya hanya terlihat pada pipinya. Nano masih kelihatan gembul seperti dulu.
Karena kau tak lihat
Terkadang malaikat tak bersayap,
Tak cemerlang, tak rupawan—Flave pun membalikkan badannya untuk bertatap mata lagi dengan jagoan kecilnya itu. Ingin sekali ia menanyakan ‘Bagaimana kabarmu, superhero?’ atau apa sajalah yang penting hatinya senang. Tapi ia masih ingat, ia harus bisa membiarkan Nano belajar mandiri. Tapi ah, hanya sekali ini saja, setidaknya ia dapat meniduri Nano dibawah rindangnya pohon Beech di halaman dengan lagu Nina Bobo kesukaannya. Wew, tingginya bertambah. Hampir sejajar dengan bahu Flave. Ah, sepertinya Flave butuh meninggikan tinggi badannya lagi agar dapat menyakinkan bahwa Nano hampir sepantar dengan tulang bahunya. “Surprise? Apa maksudmu, Superman?”
—Namun kasih ini, silahkan kau adu
Malaikat juga tahu, aku kan jadi juaranya.OoC: Credit song Malaikat Juga Tahu—Dewi ‘Dee’ Lestari
Label: flave, indohogwarts, nano, plot
He is so childish
09 Desember 2008 18.13
Plotnya Flave ama Nano. Agak aneh juga sih karena gw yang maenin dua chara ini. Masih ada lanjutannya sih, tungguin ajah. Sekarang, enjoy dulu yang baru gw post.
“Rambutmu bagus, Montez!”
“Hei, Montez. Baru baca majalah mana, eh? Kau kelihatan keren!”
“Kau begitu cantik, sayang..”What? Semua memperhatikan Flave akhir-akhir ini. Penampilan, kebiasaan, sampai pelajaran pun hampir semua orang yang dekat padanya tahu. Flave benar-benar seperti pusat perhatian. Kemarin, waktu pesta akhir tahun, senior Timlam dan senior Foxdough memberi komentar tentang penampilan baru yang menurut Mom sangat berantakan. Hey, Flave memang suka dengan penampilan seperti ini. Apa adanya. Bahkan Elel sampai mengecup keningnya untuk terakhir kali ketika Flave baru datang di Aula Besar. Yeah, meskipun Elel sudah bukan pacar ataupun tunangannya lagi, laki-laki rambut gimbal itu tetap memanggilnya sayang. Hmm.. Dasar orang aneh.
Eh? Ada surat dari Nano—lagi. Pasti isinya hanya ‘aku kangen padamu’ atau ‘kapan kita bertemu?’ Yeah, sejak Nano masuk Gryffindor, kini mereka berdua jarang bertemu lagi.
QUOTE |
Dear Varel,
Bisakah kita bertemu di Aula Depan? Kau kan sudah janji mau memanjakanku, ya kan? Sekaranglah waktunya!
Love, Nano |
Oh okay. Bahkan Flave sudah lupa kapan janji itu ia buat. Padahal Flave yakin kalau sebelumnya ia belum pernah bilang begitu pada Nano. Surat yang ia dapatkan dari seekor burung hantu berwarna coklat keemasan—bisa ditebak kalau Nano baru saja dari kandang burung hantu. Baiklah, jadi kemana kita akan pergi sekarang? Kabur? Mungkin. Tapi Mom bisa curiga kalau nanti Nano mengadu pada Mom kalau Flave sekarang begini begini dan begitu. Tahu sendiri kan kalau biasanya seorang ibu lebih memihak anak bungsu daripada kakak-kakaknya dan sementara si ayah sebaliknya?
Itu dia masalahnya.
Baiklah, Flave sudah disini. Di Aula Depan. Tempat ia waktu kelas satu dulu disuruh berbaris oleh Profesor McGonagall yang tegas, bijaksana, dan bla-bla-bla—untung kali ini ia tak mengambil pelajarannya. Nano juga mengalami hal yang sama dengannya beberapa waktu lalu. Tapi mungkin ia tidak setegang Flave atau bagaimana. Pokoknya yang jelas, saat nama Nano dipanggil, Nano langsung kelihatan grogi dan menggaruk bagian belakang kepalanya. Hahaha.. Betul-betul anak yang aneh. Well, untunglah sekarang hari libur. Dan masih musim panas. Lihat sendiri betapa teriknya matahari menyinari Hogwarts siang hari. Flave memakai cardigan hitam dan celana setengah lutut berwarna hitam. Ada yang meninggal? Hmm.. Yang ia lihat di Daily Prophet, Jaques Beau yang meninggal. Bukan bagian dari keluarganya, kan?
Bagaimana kalau disitu tercantum “Telah meninggal dunia: Flavarel Montez”?
Ada yang peduli?
Iya iya, Nano tahu kok kalau Nano iseng.
Keisengan pertama: menyuruh orang lain untuk menjahili Flave. Nano tahu kok siapa anak yang dibenci oleh Flave karena sering mengerjainya. Dia kan seniornya di Ravenclaw. Dia-yang-ogah-disebut-namanya itu mengetahui kalau Nano itu adiknya Flave dari si mantan tunangan Flave, Elel. Sesama anak jahil kan harus saling mengetahui biar bisa berbagi kejahilan. Kan tidak etis kalau anak jahil menjahili anak jahil? Ahaha. Tepatnya sih kemarin—si dia-yang-ogah-disebut-namanya itu memasang jebakan di ruang bawah tanah. Flave dengan sukses terjatuh karena kakinya tersangkut tali yang tidak terlihat diruangan gelap. Rencana A beres, dan sekarang ia mengerjakan rencana B.
Keisengan kedua: alias rencana B. Membuat Flave menunggu di Aula Depan. Tadi kan Nano sudah menulis surat yang dikirimkan oleh burung hantu punya dia-yang-ogah-disebut-namanya di kandang burung hantu. Nah sekarang dia sedang menunggu reaksi Flave ketika ia terlalu lama menunggu Nano. Nano sedang bersembunyi didekat Aula Besar. Sementara dia-yang-ogah-disebut-namanya itu mengintai apa yang dikerjakan Flave saat ia menunggu Nano di Aula Depan. Itulah balasan yang setimpal yang diberikan Nano. Habisnya setiap Nano tunggu didepan asrama Hufflepuff, Flave suka tidak muncul. Bahkan ia pernah sampai diusir seorang prefek karena berada diluar asrama melewati jam malam. Padahal cuma mau ketemu kakak doang tidak boleh. Huh, payah!
Keisengan ketiga: Setelah Flave merasa waktunya habis hanya untuk menunggu Nano, Nano harus datang dengan—berpura-pura sakit. Soalnya Nano tahu kalau Flave tidak akan tega melihat seseorang yang kesakitan. Terus mungkin setelah itu Flave langsung melihat Nano dengan iba. Lalu kemudian, saat Flave akan membawanya kembali ke asrama Gryffindor, saat itu pula ia membongkar kedoknya pada Flave. Hebat bukan rencana Nano? Habisnya kalau hanya ketemuan lalu mengobrol sedikit dan Flave langsung pergi, itu tidak asyik namanya. Kalau saat sedang menunggu Flave langsung berbalik menuju asramanya juga Nano yang rugi. Kalau memang semuanya akan terjadi seperti itu—
—Nano akan langsung mengirim surat pada Mom.
Baiklah, permainan dimulai!!
It isn't any trouble
Just to S-M-I-L-E
It isn't any trouble
Just to S-M-I-L-E
So smile when you're in trouble,
It will vanish like a bubble
If you'll only take the trouble
to smileLagu kesukaan Nano. Hmm.. Flave masih ingat ketika Nano baru lahir. Anno bahkan sempat kewalahan ketika Nano masih doyan
ngompol di celana. Sampai menjerit-jerit pula. Haha.. Yeah, untunglah Mom menyanyikan lagu itu dan Nano kembali tenang lalu langsung tidur nyenyak. Masa-masa kecil yang menyenangkan. Tapi sekarang? Semuanya begitu lain. Flave sudah kelihatan dewasa dan Nano baru saja memulai masa pubertasnya. Tak ada lagi jeritan ketika Nano masih berumur lima tahun saat Flave dengan iseng mencubit pipinya yang gembul. Tak ada lagi tawa khas yang keluar saat Flave menggelitiki Nano sebelum mereka masuk Hogwarts. Mungkinkah kali ini yang ada hanya kebersitegangan antara mereka berdua? Soalnya Nano tidak seasrama dengan Flave dan remaja perempuan itu kini telah menginjak kelas enam.
It isn't any trouble
Just to ha-ha-ha-ha laugh
It isn't any trouble
Just to ha-ha-ha-ha laugh
So laugh when you're in trouble,
It will vanish like a bubble
If you'll only take the trouble
to laughSelama ini Flave tidak punya waktu untuk menemani Nano hanya sekedar menidurinya di waktu siang atau bermain dipinggir danau atau main rumah pohon. Sadar diri, Flave. Tubuhmu sudah bongsor begitu masih suka bermain permainan anak kecil? Okay, itu kalau Flave. Kalau adik kecilnya itu? Anak sebelas tahun masih wajar bermain kue dari lumpur atau membuat istana pasir dipinggir pantai. Selama Flave tidak bisa menemuinya, Nano hanya bisa mengirim surat yang setiap hari isinya pasti sama dan dikirimkan oleh burung hantu yang sama. Yang dia tahu, anak itu sedikit ogah memiliki burung hantu. Ribet, katanya. Kalau kucing, dia alergi bulunya. Kalau kecebong—seperti Baned Hufflepuff—rada-rada.. Yaa, aneh juga.
It isn't any trouble
Just to G-R-I-N, grin
It isn't any trouble
Just to G-R-I-N, grin
So grin when you're in trouble
It will vanish like a bubble
If you'll only take the trouble
to grinFlave pun berbalik menuju asramanya. Sudah terlalu lama ia menunggu Nano disini. Tapi, kalau Nano masih ada di kandang burung hantu, pasti dia akan ngambek. Ya sudahlah.. Menunggu lagi.
OoC: Credit song S-M-I-L-E
lagunya anak-anak
Rencana Nano hampir sepenuhnya berhasil.
Tahu tidak kalau tadi dia-yang-ogah-disebut-namanya menghampirinya kalau tadi Flave mau pergi menuju asrama? Cuma dia langsung menunggu lagi. Hmm—perlu ada perubahan rencana. Oh ya, begini saja. Nano langsung saja bertemu dengan Flave. Takut nanti kalau Flave langsung ngamuk begitu nanti bertemu dengannya suatu saat. Malah kalau nanti Flave malah menggigiti lengannya seperti seorang vampir berambut putih yang hampir berhasil membuat seorang wanita biasa mati karena gigitannya di sebuah studio balet cuma bedanya kalau ini dilakukan oleh seorang perempuan terhadap anak lelaki. Yah, mirip sedikit lah. Yang menjadi perbedaannya adalah, Flave bukan vampire! Hanya gadis remaja biasa tanpa suatu kekuatan spesial seperti si wanita berambut merah yang Nano sebutkan tadi.
“Fufu.. Kerja bagus, senior. Terima kasih banget!” serunya sambil menonjok pelan lengan atas si dia-yang-ogah-disebut-namanya itu. Biasa lah, salam perpisahannya anak-anak jahil macam Nano kan harus berkelas tapi simpel gitu. Kalau sampai bersorak ala cheerleaders—ia jadi ingat cerita Flave saat kelas tiga tentang keterlibatannya pada tim cheerleaders Hufflepuff. Wow, desain bajunya sih juga keren. Tapi ah, Nano tidak suka dengan hal-hal yang terbilang ‘cewek banget’ itu. Suara cempreng, goyangan maut, rok pendek, dan rambut dikuncir dua merupakan hal-hal yang paling tidak Nano suka dari seorang anak perempuan. Ih dasar Nano. Belum juga jadi anak besar, sudah suka dengan anak perempuan. Biar saja. Wajar kan, daripada laki-laki suka dengan sesama jenis. Yucks!!
Ia pun membawa kotak kecil yang tersimpan disaku celananya. Isinya ya rahasia. Untuk Flave sih. Kemudian ia pun berjalan dengan sangat pelan menghampiri Flave. Untungnya langkah kakinya tidak terlalu terdengar. Ya iyalah, Nano kan berjalan jinjit. Kemudian hembusan angin datang menerpanya. Untung tidak membuat Flave melihat kebelakang. Kemudian—satu, dua, tiga!
“SURPRISE!!”
Jangan berjalan, Waktu, Ada “Selamat Ulang Tahun”
Yang harus tiba pada waktunya
Semoga dia masih ada, MenantikuOoC: Credit song Selamat Ulang Tahun—Dewi ‘Dee’ Lestari
Kau selalu meminta terus kutemani—Nano adalah anak bungsu. Dan kau tahu kan sifat anak bungsu? Manja. Dan kepada siapa anak bungsu selalu menunjukkan sifatnya itu? Orang terdekatnya. Pertanyaan terakhir, siapa orang yang paling dekat dengan Nano? Jawabannya, Flave. Entah kenapa ia merasa ikatan batinnya lebih kuat mengikat pada Nano daripada ikatan batinnya kepada saudara kembarnya sendiri. Aneh bukan? Apa karena waktu dulu Flave selalu merengek pada ibunya minta diberikan seorang adik? Jelas tidak ada teori yang seperti itu. Iya kan? Yeah, mungkin karena Vena lebih dekat dengan Anno sementara Flave dengan Nano. Orang gila macam apa yang dapat membuat teori sebodoh itu? Tak ada faktor yang dapat menjelaskan mengapa ikatan batinnya lebih mengikat kepada adiknya daripada saudara kembarnya sendiri.
—Dan kau s’lalu bercanda, andai wajahku diganti—Flave kini sudah dewasa. Ia tidak perlu lagi menyesuaikan dengan Mom untuk urusan penampilan. Flave berusaha untuk menjadi dirinya sendiri. Mungkin karena itulah ia nekat memanjangkan rambutnya dan memotongnya sebagian untuk dijadikan poni. Lihatlah sekarang. Kelihatan berantakan, yah? Bahkan Nano dengan secara terang-terangan menyebut Flave seperti pemulung—walaupun akhirnya ia mengakui kalau dia hanya bercanda. Memangnya mirip ya? Faktor kedua sebenarnya karena saking stressnya dengan Elel yang terus-terusan mengkritik penampilannya yang katanya super duper culun itu. Yeah, semakin lama, penampilan Flave semakin memburuk—kata Elel. Sebenarnya, perlukah majalah-majalah yang tak jelas isinya mempengaruhi penampilannya? T-I-D-A-K.
—Melarangku pergi karena tak sanggup sendiri.
Kau tahu apa yang dikatakan Nano saat Flave meninggalkannya sendirian ditengah kerumunan para penyihir di jalana Diagon Alley? ”Jangan pergi dong. Masa aku ditinggal disini sendirian—Argh!” Seolah-olah Nano adalah anak yang menderita kelainan fisik alias cacat pada salah satu bagian tubuh. Sebetulnya Flave tak dapat membayangkan kalau Nano ditinggal sendirian begitu saja seperti anak lainnya. Ia takut kalau akan terjadi apa-apa terhadap Nano. Dan tahukah kau kalau pada saat meninggalkan Nano, Flave langsung terisak? Ia terpaksa melakukan ini. Untuk kebaikan Nano dimasa yang akan datang. Ia tak mau kalau Nano terus bergantung padanya. Untunglah ia masuk Gryffindor.
“SURPRISE!!”
Flave langsung mengelus dadanya ketika Nano mengagetkannya secara tiba-tiba dengan mengguncang bahunya. Wow, untuk pertama kalinya ia menunjukkan kejahilannya dihadapan Flave. Sebelumnya Nano hanya bercerita sedikit tentang teman-temannya yang berhasil ia kerjai. Diantaranya: ada yang disuruh membuka kado, melemparkan kulit pisan, dan segala macam yang tak pernah ia tunjukkan sebelumnya pada Flave. Jadi hanya segini tingkat kejahilannya? Rambutnya dijambak pelan oleh anak laki-laki yang tingginya hampir serupa dengan Chiaki—pasangan pesta dansa saat Winter Ball. Haha.. Tak menyangka kalau tinggi tubuhnya hampir menyerupai anak China itu. Bedanya hanya terlihat pada pipinya. Nano masih kelihatan gembul seperti dulu.
Karena kau tak lihat
Terkadang malaikat tak bersayap,
Tak cemerlang, tak rupawan—Flave pun membalikkan badannya untuk bertatap mata lagi dengan jagoan kecilnya itu. Ingin sekali ia menanyakan ‘Bagaimana kabarmu, superhero?’ atau apa sajalah yang penting hatinya senang. Tapi ia masih ingat, ia harus bisa membiarkan Nano belajar mandiri. Tapi ah, hanya sekali ini saja, setidaknya ia dapat meniduri Nano dibawah rindangnya pohon Beech di halaman dengan lagu Nina Bobo kesukaannya. Wew, tingginya bertambah. Hampir sejajar dengan bahu Flave. Ah, sepertinya Flave butuh meninggikan tinggi badannya lagi agar dapat menyakinkan bahwa Nano hampir sepantar dengan tulang bahunya. “Surprise? Apa maksudmu, Superman?”
—Namun kasih ini, silahkan kau adu
Malaikat juga tahu, aku kan jadi juaranya.OoC: Credit song Malaikat Juga Tahu—Dewi ‘Dee’ Lestari
Label: flave, indohogwarts, nano, plot